Met “Sweet Seventeen” Buat Nadya Nurul Azizah

AlhamdulillahNadya Nurul Azizah (penulis kadang memanggilnya Nadya, Nurul atau Azizah. Sebenarnya tulisan aslinya adalah “Nadia” dan bukan “Nadya”. Perubahan ini terjadi karena kesalahan penulisan di dalam akte kelahiran. Namun demikian ternyata dari segi makna tidak banyak berbeda), anak perempuan kami satu-satunya telah genap berusia 17 tahun. Tepatnya, dia lahir pada hari Kamis, 27 Januari 2000 M bertepatan dengan 21 Syawal 1420 H. Sungguh waktu berlalu begitu cepat. Dialah anak perempuan kami satu-satunya di dalam keluarga diantara dua orang anak laki-laki yaitu Muhammad Muslim Haidar (Mas Muslim, kakak) dan Muhammad Faisal Hakim (Faisal, adik). Nadya, dalam istilah budaya Jawa disebut Sendang Kapit Pancuran yaitu “berada pada urutan kedua di antara 2 orang anak laki-laki” di mana anak pertama laki-laki, kemudian perempuan dan laki-laki.

Tulisan ini, mungkin lebih mirip “biografi” daripada “cerita” mengenai “acara ulang tahun”. Penulis hanya berharap bahwa tulisan ini pada saatnya nanti akan menjadi suatu “memori” ketika anak maupun cucu penulis membuka-bukanya lagi. Ya, paling tidak anak dan cucu puteri semata wayang kami Nadya!

nadya dan keluarga
Nadya, Anak Kedua dari 3 Bersaudara yang Selalu Penuh Gaya. Coba Perhatikan Ada yang Aneh Tidak dari Photo Ini?

1.  Kelahirannya

Kelahirannya pun berbeda dari kedua saudaranya dalam artian bukannya dia terlahir secara ajaib tahu-tahu sebesar sekarang lho … Ya, diantara ketiga anak kami hanya dia yang ketika lahir saya tunggui sampai dia lahir bahkan, yang lebih hebat lagi, saya jadi asisten bidan yang menangani proses kelahirannya! Wuih, bagaimana ceritanya? Penasaran kan? Mari kita menengok kisah di balik anak perempuan semata wayang ini.

Hari itu, sekitar jam 6 pagi, isteri saya sudah merasakan perutnya mulas yang sangat kuat, mungkin sudah pembukaan 6 ya (kalau gak salah begitu istilahnya). Maklum usia kandungannya memang sudah cukup waktu untuk “mbrojol” kalau kata orang Jawa. Tanpa bilang “ba bi bu” dia langsung berlari (wuih hebat ya ada orang lagi hamil bisa lari. Kalau ikut lomba maraton menang gak ya?) ke tempat praktek Bidan Christina, tempat di mana kandungannya secara rutin diperiksa. Tempatnya memang tidak terlalu jauh. Mungkin hanya sekitar 300-an meter. Saat Nadya belum lahir kami tinggal di Gg. Mandor Jaun, Kel. Pancoran Mas, Kota Depok dekat dengan bioskop Sandra (sekarang sudah bubar). Kebetulan, Mas Muslim (anak pertama kami, kakak dari Nadya, biasa dipanggil) , sedang “menginap” di rumah Mbahnya di Sawangan. Jadi saya segera mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan oleh wanita yang mau lahiran (kain panjang, baju dan lainnya) dan segera bergegas mengejar “sang ibu” yang sudah lebih dulu berlari dengan gagahnya ke tempat praktek Bidan Christina yang juga rumah tempat tinggalnya.

Sesampainya di sana saya segera melaporkan hal tersebut kepada sang bidan yang, alhamdulillah, memang stand by di rumahnya. Setelah menyuruh isteri saya naik ke tempat tidur di mana proses persalinan akan dilaksanakan, bu bidan bilang kepada saya: “Pak bisa gak bantu jadi asisten saya. Soalnya asisten saya sedang pulang kampung.” Wah bagaimana ini? Mau menolak takut sang jabang bayi “keluar sendiri dari perut ibunya.” Yah, baiklah. Saya pun menyanggupi. Dan jadilah saya asisten bu bidan. Itulah sebabnya, Nadya, memang satu-satunya anak yang saya masih “sangat ingat” bukan cuma hari kelahirannya tapi juga “proses kelahirannya!” Bagaimana tidak? Saya berada bersama dengan bu bidan di dalam ruangan persalinan ketika kepala anak perempuan semata wayang itu nongol dan kemudian ditarik keluar oleh bu bidan.

Dan, alhamdulillah, setelah melalui proses kelahiran yang cukup sulit meskipun tidak sesulit adiknya,Faisal sang jabang bayi pun berhasil dikeluarkan dengan selamat demikian juga ibunya. Dan bayi itulah yang kemudian saya beri nama tepat pada hari dia dilahirkan yaitu Nadya Nurul Azizah, seperti juga kakaknya. Ya, semua anak  (kecuali Faisal. Yang memberi nama adalah kedua kakaknya meskipun dari “daftar nama” yang memang sudah penulis siapkan. Dan yang terpilih adalah nama pilihan “Mbak Nadya”) memang diberi nama tepat pada hari kelahirannya karena memang nama tersebut sudah disiapkan jauh-jauh hari sebelum mereka dilahirkan.

Dan hari ini, 27 Januari 2017, bayi mungil yang lincah dan “tidak bisa diam” itu telah genap berusia 17 tahun. Dan menghitung umur anak perempuan semata wayang ini memang sangat mudah karena dia lahir pada “Tahun Ke-0 (ke nol)“. Jadi kalau sekarang ini tahun 2017, maka umurnya sekarang adalah 17 tahun. Begitu seterusnya.